Santanu, Raja Hastnapura, pergi berburu dan menemui seorang perempuan yang cantik sekali ditepi sungai. Lalu perempuan itu dinikahinya. Dia berjanji tidak akan menegur segala perbuatan istrinya. Istrinya pun melahirkan tetapi anak yang dilahirkannya satu persatu dihanyutkannya kesungai.
Ketika hendak menghanyudkan anak kedelapanya kesungai, syantanu membesakan anaknya itu dan melarang istrinya membuang anaknya. Tetapi ternyata istrinya mempunyai alas an kenapa anak-anaknya dihanyudkan ke sungai, ternyata anaka-anak mereka terkena kutukan oleh seorang resi. Anak yang terkena kutukan itu tidak boleh tinggal dengan syantanu. Dan anak yang dilahirkan itu bernama Bhisma yang gagah berani.
Selang beberapa lama, syantanu pergi berburu pula. Kali ini dia ditemani oleh Satyawati,anaka angkat dari raja kail. Sedangkan Bhisma dijadikan masygul oleh raja kail. Bhisma juga mengetahui kenapa ia dijadikan kemasygulan ayahnya itu dan pergi membawa satyawati untuk ayahnya dan bersumpah tidak akan kawin.
Hatta syantanu pun berangkat dan disusul oleh anaknya tidak lama kemudian. Anaknya tidak lama kemudian. Anaknaya meninggalkan dua istrinya yaitu Ambika dan Ambalika. Ambika disuruh melakukan hubungan badan dengan seorang pertapa sakti untuk mendapatkan anak. Pertapa itu iyalah Wyasa yang janggutnya panjang sampai ketanah dan busuk pula. Bila dia memeluk ambika, Ambika menutup matanya sehingga anaknya yang di lahirkanya, Dheretaratra buta. Sedangkan dia memeluk Ambalika, Ambalika pun pucat, sehingga anak yang dilahirkan, pandu menjadi pucat.
Pandu mempunyai dua orang istri, kunti dan madri. Akerna pernah dikutuk oleh pertapa, pandu tidak boleh menjamah istrinya. Pernah suatu ketika kunti memuja dewa dan ia akan dianugrahkan 5 orang anak. Untuk mengujinya maka Kunti pun memuja dewa surya (matahari) dan mendapatkan anak, tapi pada waktu itu anaknya dibuang kerena belum sama kawin.
Pada suatu hari, setelah kelhiran anak-anaknya pandu bertamasya kehutan rimba. Melihat alam yang begitu indah, timbul rasa birahinya. Pandu mencoba memeluk mandri akhirnya jatuh mati. Madri membela kematian suaminya.
Pada suatu hari, setelah kelhiran anak-anaknya pandu bertamasya kehutan rimba. Melihat alam yang begitu indah, timbul rasa birahinya. Pandu mencoba memeluk mandri akhirnya jatuh mati. Madri membela kematian suaminya.
Sesudah kemangkatan pandu, Dhretarastra lalu naik kerajaan, dhrestarasta mencari seorang guru yang mahir untuk mendidik anaknya ( para dewa) bersama-sama dengan putra adinya para Pandawa. Guru yang dicari untuk mengajar adalah drona, Bhradwaja.
Sebelumnya, Drona dulu pernah berada dalam kemiskinan dan meminta tolong kepada teman akrabnya tetapi tidak dilayani dan akhirnya Drona mengajar beberapa murid untuk membalas dendam. Pada suatu hari, Drona mengumpulkan para putra raja dan meminta supaya mereka mengerjakan satu perkara dan tidak seorangpun menjawab. Hanya pandawa yang ketiga, arjuna, menyatakan kesedihaan menolong gurunya. Karena itu pula Arjuna menjadi murid kesayanganya Drona.
Arjuna menjadi pemanah yang pandai sekali. Tapi pada suatu hari ia bertemu dengan seorang pemuda yang lebih pandai memanah darinya. Pemuda yang dimaksud adalah Eklawya, Arjuna pun memberitaukan hal ini kepada Drone, lalu Drona bertanya kepada Eklawya siapa gurunya. kemudian Eklawya menunjukan patung Drona, yang ada disitutaulah Drona yang sudah terjadi dan meminta upah kepadanya. Upahnya ialah ibujari Eklawya. Sesudah memberikan ibukjarinya, Eklawya kehilangan kekuatannya.
Arjuna pun penjadi pemanahan yang taka da tolak bandingnya pada zaman itu. Pada suatu hari sayembara diadakan oleh raja dhetasatra. Para Pandawa, Yudhistira, bisma, Arjuna, Nakula dan Sadewa, sudah berkumpul di medan sayembara. Demikian juga para kurawa dibawah pimpinan Duryodhana. Pertarungan Bhima dan duryodha sedemikian hebatnya, sehingga Drona merasa perlu mengehntikan permainannya, takut kalau jadi perkelahiran.
Sekarang Drona meminta ganjaran dari para muridnya. “ tangkaplah Drupada, Raja pancala”, dating menghadap saya. Mula-mula para Kurawa dengan bantuan Karna, pergi menangkap Drupadi, tetapi sia-sia saja. Kemudian para padawa pun pergi. Dengan mudah saja Arjuna menangkap Drupada dan membawanya menghadap Drona. Drona melepaskan Drupada, tujuannya hanya ingin membuat malu saja, lalu Drupada berniat membalas dendam.
Dhretarastra berfikir untuk mengkat Yudhistira menjadi raja, karena memang kerajaan milih ayah Yudhistira. Dalam pada itu, nama Pandawa sudah dikenal dimana-mana karena keperwiraan mereka. Doryodhana anak dhretarastra sangat dengki kepada para Pandawa untuk menempatinya. Seorang mentri yang setia, Widura, member atau para Pandawa tentang tipu muslihat Dryodhana dan meminta mereka berhati-hati. Karena itu, suatu waktu kemudian ketika istana terbakar para Pandawa bisa menyelamatkan diri. Sesudah itu meekapun hidup sebagai Brahmana.
Raja Pancala, Drupada, mengadakan sayembara untuk memilih menantu. Barang siapa yang dapat melentuk panah pusakanya, akan dikawinkan dengan drupadi, anaknya yang rupawan. Tidak seorangpun bisa melakukannya, ketika Karna hendak melenturkan panah, Drupadi berteriak “ saya tak mau kawin dengan anak tukang kandang”. Terpaksalah Karna mengundurkan diri. Keluarlah Arjuna mencoba kepandainnya. Lima kali Arjuna memanah.
Setiap kali anak panahnya mengenai cincin yang tergantung tinggi. Para Brahmana bersorak gembira. Tapi para raja marah, tak patut Brahmana diambil menjadi mantu. Krisna memberi tahu kepada raja bahwa Arjuna sebenarnya bukan Brahmana, melainkan anak Pandu. Perdamaian pun di capai. Para Para Pandawa membawa Drupadi pulang ketempat mereka. Mereka memberi tau Kunti, ibu mereka bahwa mereka mendapatkan hadiah besar hari itu, Kunti menjawab “Nikmatilah hadiah itu bersam-sama”
Baru kemudian Kunti mengetahui, bahwa hadiah itu adalah seorang perempuan. Apa boleh buat, perkatan tidak boleh diubah. Drupadi menjadi istri bersama para pandawa. Di hutan belanta, para pandawa membangun istana yang indah. Hutan pelantara menjadi negeri yang kaya raya. Dan Yudhistira pun mengadakan korban pertabalan ( Rajasurya). Semua raja yang besar-besar diundang ke Ibukota oleh para Pandawa. Pada hari pertabalan, Krisna dipilih menduduki tempat pertama. Seorang tamu sisupala tidak setuju. Yudhistira dan Bhisma sangat marah.
Bisma bangun menceritakan sejarah sisupala, bahwa jika ia berani mengganggu Krisna sampai seratus kali, ia akan mati sendiri. Sisupala makin marah, mau menetak Krisna, Karena ini adalah gangguan yang ke -101 kal, sisupala lalu mati seperti yang diramalkan. Duryodhana juga ikut hadir dalam pertabalan Yudhistira. Ia tinggal di istana Yudhistira dan menyaksikan dengan mata sendiri segala perlengkapan istana yang indah – indah. Hatinya semakin dengki.
Sekembali dari istana Yudhistira, ia mencari jalan untuk membinasakan para pandawa. Duryodhana tahu bahwa Yudhistira jujur. Kuat memegang janjinya, tetapi mempunyai kelemahan, yaitu berjudi. Dalam rentan tahun yang agak lama banyak kejadian yang terjadi dalam hutan, salah satu yang terjadi adalah peperangan Pandawa.
0 komentar:
Post a Comment