Ajaran atau benih-benih filsafat India sebenarnya sudah dimulai sejak jaman Weda (6000-1000 Sebelum Masehi) pada saat kitab-kitab Mantra Samhita disusun. Perkembangan lebih jelas terlihat ketika kitab-kitab Upanisad disusun sekitar tahun 800-300 Sebelum Masehi, tidak jauh dengan masa tersebut disusun pula kitab-kitab Wiracarita (Ramayana dan Mahabharata juga Purana).
Kata Darsana berasal dari akar kata drś yang bermakna "melihat", jadi kata darśana yang berarti "penglihatan" atau "pandangan". Dalam ajaran filsafat hindu, Darśana berarti pandangan tentang kebenaran. Sad Darśana berarti Enam pandangan tentang kebenaran, yang mana merupakan dasar dari Filsafat Hindu. Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk memudahkan pemahaman terhadap ajaran yang terkandung dalam kitab suci. Dengan mempelajari Darsana akan lebih mudah mempelajari kitab suci. Darsana memberikan pencerahan (kejernihan) bagi umat dalam memahami serta mengamalkan ajaran agamanya.
Filsafat hindu bukan hanya merupakan spekulasi atau dugaan belaka, namun ia memiliki nilai yang amat luhur, mulia, khas dan sistematis yang didasarkan oleh pengalaman spiritual mistis. Sad darsana yang merupakan 6 sistem filsafat hindu, merupakan 6 sarana pengajaran yang benar atau 6 cara pembuktian kebenaran.
Adapun bagian-bagian dari Sad Darsana adalah: (1) Nyaya, didirikan oleh Maharsi Aksapada Gotama, yang menyusun Nyayasutra, terdiri atas 5 adhyaya (bab) yang dibagi atas 5 pada (bagian). Kata Nyaya berarti penelitian analitis dan kritis.Ajaran ini berdasarka pada ilmu logika, sistematis, kronologis dan analitis. (2) Waisasika, pendirinya ialah Kanada dan penekanan ajarannya pada pengetahuan yang dapat menuntun seseorang untuk merealisasikan sang diri. (3) Samkhya, menurut tradisi pendirinya adalah Kapita. Penekanan ajarannya ialah tentang proses perkembangan dan terjadinya alam semesta. (4) Yoga, pendirinya adalah Patanjali dan penekanan ajarannya adalah pada pengendalian jasmani dan pikiran untuk mencapai Samadhi. (5) Mimamsa (Purwa-Mimamsa), pendirinya ialah Jaimini dengan penekanan ajarannya pada pelaksanaan ritual dan susila menurut konsep weda.Wedanta (Uttara-Mimamsa), kata ini berarti akhir Weda. (6) Wedanta merupakan puncak dari filsafat Hindu. Pendirinya ialah Sankara, Ramanuja, dan Madhwa.Penekanan ajarannya adalah pada hubungan Atman dengan Brahman dan tentang kelepasan.
Artinya:Manusah sarwabhutesu wartteate wai subhasubheAsubhesu samawistam subheswewawakarayet
“Diantara semua makhluk, hanya manusia jugalah yang dapat melaksanakan dan membedakan perbuatan baik maupun perbuatan yang buruk. Justru dalam melebur yang buruk menjadi lebih baik itulah merupakan tujuan hidup (pala) menjadi manusia”.
0 komentar:
Post a Comment