Gandari adalah nama seorang tokoh dalam
wiracarita Mahabharata. Dalam kisah, ia merupakan puteri Subala, Raja Gandhara
(pada masa sekarang disebut Kandahar), yaitu wilayah yang meliputi Pakistan
barat daya dan Afganistan timur, dan namanya diambil dari sana. Gandari
menikahi Dretarastra, pangeran tertua di Kerajaan Kuru. Semenjak bersuami,
Gandari sengaja menutup matanya sendiri agar tidak bisa menikmati keindahan
dunia karena ingin mengikuti jejak suaminya.
Ibu
para Korawa
Gandari melahirkan seratus putera
(secara keseluruhan dikenal sebagai Korawa), dan seorang puteri bernama Dursala
yang menikahi Jayadrata. Pada saat kehamilannya, ia merasa iri dengan Kunti
yang sudah memiliki anak, sedangkan ia sendiri belum dikaruniai anak. Ketika anaknya
lahir, ternyata yang keluar dari rahim bukan bayi melainkan sebongkah daging.
Gandari kemudian bersujud pada Byasa, seorang resi sakti yang telah meramalkan
ia akan memiliki seratus anak. Byasa kemudian membelah-belah daging tersebut
menjadi seratus potong, dan dimasukkan ke dalam guci kemudian dikubur selama
setahun. Setelah guci-guci tersebut digali kembali, dari setiap potongan daging
itu kemudian tumbuh seorang anak, yang kemudian menjadi Korawa.
Di antara Korawa, yang terkemuka adalah
Duryodana dan Dursasana, tokoh antagonis dalam Mahabharata, dan mereka semua
terbunuh dalam pertempuran melawan sepupu mereka, yaitu Pandawa, di
Kurukshetra.
Meskipun putera-putera Gandari disebut
sebagai tokoh jahat, ajaran moral yang tinggi dalam Mahabharata mengacu kepada
Gandari. Ia berulang kali menasihati puteranya agar mengkikuti dharma dan
berdamai dengan Pandawa. Gandari dekat dengan Kunti yang menghormatinya seperti
seorang kakak.
Anugerah
Dewa Siva Kepada Gandari
Pada saat perang antara Korawa dan Pandawa
berkecamuk, satu-persatu putera Gandari gugur dalam pertempuran, hingga
akhirnya hanya Duryodana yang tersisa. Takut akan kehancuran keturunannya,
Gandari memberi anugerah kepada Duryodana agar puteranya tersebut mendapat
kekebalan terhadap berbagai serangan musuh. Ia menyuruh agar Duryodana mandi
dan setelah itu datang menemui ibunya dalam keadaan telanjang bulat. Pada saat
Duryodana pergi untuk menemui ibunya, ia berpapasan dengan Kresna yang baru
saja mengunjungi Gandari. Kresna mencemooh Duryodana yang tak tahu malu karena
mau menghadap ibunya sendiri dalam keadaan telanjang bulat. Oleh karena malu
terhadap ejekan Kresna, Duryodana mengambil kain dan menutupi wilayah
kemaluannya, termasuk paha. Setelah itu ia pergi menemui ibunya.
Ketika Duryodana tiba, Gandari langsung
membuka penutup matanya dan melihat Duryodana. Pada saat matanya terbuka, sinar
ajaib muncul dan memberi kekuatan kepada Duryodana. Namun ketika ia mengetahui
bahwa puteranya menutupi wilayah kemaluannya termasuk paha, Gandari mengatakan
bahwa wilayah tersebut tidak akan kebal oleh serangan musuh karena tidak
mendapat siraman kekuatan. Prediksi Gandari menjadi kenyataan. Pada saat
Duryodana bertarung dengan Bima pada pertempuran di hari kedelapan belas,
Duryodana gugur perlahan-lahan karena pahanya yang tidak kebal dihantam oleh
gada Bima.
Kutukan
Gandari
Setelah pertempuran besar di Kurukshetra
berakhir, Gandari meratapi kematian seratus putera-puteranya. Gandari menghujat
Kresna yang membiarkan perang berkecamuk. Ia juga menyalahkan Kresna yang tidak
mampu mencegah peperangan dan tidak bisa mendamaikan kedua pihak. Kresna
berkata bahwa kewajibannya adalah melindungi kebenaran, bukan mencegah
peperangan. Kemudian Gandari mengutuk Kresna, bahwa keluarga Kresna, yaitu
Wangsa Wresni, akan binasa karena saling membantai sesamanya. Kresna menerima
kutukan tersebut dengan senyuman dan sadar bahwa Wangsa Wresni tidak akan
terkalahkan kecuali oleh sesamanya. Tiga puluh enam tahun setelah kutukan
tersebut diucapkan, Wangsa Wresni melakukan pembantaian besar-besaran terhadap
keluarga mereka sendiri. Mereka saling membunuh sesama. Hanya Kresna, Baladewa,
dan para wanita yang bertahan hidup. Setelah itu, kediaman Wangsa Wresni, yaitu
Kerajaan Dwaraka, tenggelam ke dalam lautan dan memusnahkan jejak mereka.
Kresna dan Baladewa bertapa ke dalam hutan dan moksa di sana, sementara para
wanita mengungsi ke Kurukshetra.
Kematian
Dropadi
Setelah Pandawa memenangkan pertempuran
di Kurukshetra, Yudistira mendapat restu untuk menjadi raja. Sementara itu,
Dretarastra mulai menyadari umurnya yang tua dan memutuskan untuk mengembara
sebagai pertapa ke dalam hutan di Himalaya. Gandari menemaininya bersama dengan
saudara dan iparnya, seperti Widura, Kunti, dan Sanjaya. Di sana, tubuh
Dretarastra mengeluarkan api dan membakar hutan tempat mereka tinggal. Gandari
dan saudara-saudaranya meninggal ditelan api tersebut.
Terima kasih kepada Wikipedia Indonesia,
Google, blog-blog terkait lainnya dan teman-teman pengunjung.
0 komentar:
Post a Comment