Satyawati
(juga disebut Durghandini dan Gandhawati) adalah seorang tokoh dalam wiracarita
Mahabharata. Ia adalah istri prabu Santanu dan ibu dari Citrānggada dan
Wicitrawirya. Sewaktu kecil ia berbau amis, tetapi disembuhkan oleh Resi
Parasara, dan kemudian menikahinya lalu melahirkan seorang putra dan diberi
nama Wyasa.
Kelahiran Satyawati
Ada
seorang Raja bernama Basuparisara, bertahta di Kerajaan Chedi. Raja tersebut
masih seorang keturunan Puru dan memiliki permaisuri bernama Girika. Pada suatu
hari, Sang Raja pergi berburu. Di tengah hutan, ia melihat bunga-bunga
bermekaran, kemudian ia teringat akan kecantikan wajah permaisurinya, Girika.
Tanpa sadar air kama-nya menetes, kemudian ia tampung pada sehelai daun. Ia
memanggil seekor elang yang sedang terbang di udara, bernama Çyena, untuk
mengantarkan air tersebut kepada permaisurinya. Di tengah jalan air yang
ditampung dalam daun tersebut jatuh di sungai Yamuna. Di sana hidup seekor ikan
besar yang merupakan penjelmaan bidadari yang dikutuk. Air kama tersebut
ditelan oleh Sang Ikan kemudian ikan tersebut hamil.
Di
tepi sungai Yamuna, hiduplah keluarga nelayan. Kepala keluarga tersebut bernama
Dasabala. Suatu hari Dasabala pergi menangkap ikan lalu ditangkapnya seekor
ikan besar yang telah menelan air kama seorang raja. Karena sabda dewata, ikan
tersebut tidak dimakan oleh Dasabala. Dari dalam perut ikan keluarlah dua bayi,
lelaki dan perempuan. Sang ikan kemudian berubah wujudnya menjadi bidadari
kembali lalu terbang ke surga.
Kedua
anak yang dilahirkan tersebut diserahkan kepada Raja Basuparisara. Anak yang
laki-laki diberi nama Matsyapati dan diangkat menjadi Raja di Kerajaan Wirata,
sedangkan anak yang perempuan dikembalikan oleh Sang Raja karena baunya amis.
Anak tersebut kemudian diberi nama Durghandini karena baunya amis seperti ikan.
Orangtuanya memberi Durghandini pekerjaan sebagai tukang menyeberangkan orang
di Sungai Yamuna.
Bertemu Dengan Raja Parasara
Pada
suatu hari, Bagawan Parasara, putera Bagawan Çakri yang merupakan cucu Maha rsi
Wasistha, berdiri di tepi Sungai Yamuna, minta diseberangkan dengan perahu.
Durghandini menghampirinya lalu mengantarkannya ke seberang dengan perahu. Di
tengah sungai, Resi Parasara terpikat oleh kecantikan Durghandini. Durghandini
kemudian bercakap-cakap dengan Resi Parasara, sambil menceritakan bahwa ia
terkena penyakit yang menyebabkan badannya berbau busuk. Ayahnya berpesan,
bahwa siapa saja lelaki yang dapat menyembuhkan penyakitnya dijadikan suami.
Mendengar hal itu, Resi Parasara mengatakan bahwa ia bersedia menyembuhkan
penyakitnya, lalu ia meraba kulit Durghandini.
Tak
berapa lama kemudian, bau harum semerbak tersebar dan bahkan dapat tercium pada
jarak seratus "Yojana". Karena Resi Parasara berhasil
menyembuhkannya, maka ia berhak menjadikan Durghandini sebagai istri. Dari
hasil hubungannya, lahirlah Rsi Byasa yang sangat luar biasa. Ia mampu
mengucapkan ayat-ayat Veda bahkan ketika baru lahir.
Pertemuan Dengan Raja
Santanu
Pada
suatu ketika Prabu Santanu dari Hastinapura mendengar desas-desus bahwa di
sekitar sungai Yamuna tersebar bau yang sangat harum semerbak. Dengan rasa
penasaran Prabu Santanu jalan-jalan ke sungai Yamuna. Ia menemukan sumber bau
harum tersebut dari seorang gadis desa, bernama Durgandini. Prabu Santanu jatuh
cinta dan hendak melamar Durghandini. Ketika Sang Raja melamar gadis tersebut,
orangtuanya mengajukan syarat bahwa jika Durghandini (Gandhawati atau
Satyawati) menjadi permaisuri Prabu Santanu, ia harus diperlakukan sesuai
dengan Dharma dan keturunan Durghandini-lah yang harus menjadi penerus tahta. Mendengar
syarat tersebut, Sang Raja pulang dengan kecewa dan menahan sakit hati. Ia
menjadi jatuh sakit karena terus memikirkan gadis pujaannya yang tak kunjung ia
dapatkan.
Melihat
ayahnya jatuh sakit, Dewabrata menyelidikinya. Ia bertanya kepada kusir yang
mengantarkan ayahnya jalan-jalan. Dari sana ia memperoleh informasi bahwa
ayahnya jatuh cinta kepada seorang gadis. Akhirnya, ia berangkat ke sungai
Yamuna. Ia mewakili ayahnya untuk melamar puteri Dasabala yang sangat
diinginkan ayahnya. Ia menuruti segala persyaratan yang diajukan Dasabala. Ia
juga bersumpah tidak akan menikah seumur hidup dan tidak akan meneruskan tahta
keturunan Raja Kuru agar kelak tidak terjadi perebutan kekuasan antara
keturunannya dengan keturunan Durghandini. Sumpahnya disaksikan oleh para Dewa
dan semenjak saat itu, namanya berubah menjadi Bisma. Akhirnya Prabu Santanu
dan Dewi Durghandini menikah lalu memiliki dua orang putera bernama Chitrāngada
dan Wicitrawirya.
kecantikan satyawati membuat bhagavan parasara tertarik,,,
ReplyDeletehhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh
ReplyDelete