Mata-mata datang kepada Yudhisthira dari Hastinapura dan memberitahu mereka tentang sumpah Radheya. Kelima bersaudara itu pergi berburu. Mereka meninggalkan Drupadhi dan Dhaumya di Asrama dan ketika mereka pergi, Jayadratha, Raja Sindhu, tidak singaja lewat didepan Asrama, ia dalam perjalanan menuju kerajaan Salva.
Ia melihat Drupadhi sedang berdiri di pintu masuk Asrama, ia tidak tahu siapa Drupadi ia hanya mengetahui bahwa Drupadi adalah seorang wanita yang cantik. Jayadratha memperkenalkan dirinya kepada Drupadi dan menayakan kabar dari pandava. Setelah lama Jayadratha langsung mengungkapkan isi hatinya kepada Drupadhi bahwa ia mencintainya. Drupadi terkejut setelah mendengar kata-kata itu. Perkataan yang tidak enak muncul dari bibir Drupadi yang memaki Jayadratha. Setelah itu Jayadratha membawa kabur Drupadi, Dhaumya tidak bisa berbuat apa-apa karena pasukannya yang sangat tangguh. Ia hanya bisa pasrah dan menuggu kedatangan Pandava dari berburu.
Tanda-tanda buruk memperingati Yudhisthira bahwa sesuatu yang buruk telah menanti mereka. Setelah mereka kembali ke asrama Dhaumya menceritakan semua yang terjadi. Pandava langsung mengejar Jayadratha dan menantangnya, terjadilah pertarungan yang sangat hebat di antara Pandava dengan Jayadratha. Setelah lama bertarung Jayadratha kalah.
Bab 20. Danau Kematian
Di ketika pandava meninggalkan Dwaitavana itu adalah bulan-bulan terakhir disana seorang Brahmana menemui Yudhistira dengan sebuah tujuan. Ia mengatakan bahwa seorang rusa telah memasuki pondoknya dan membawa kayu-kayu yang di pergunakan untuk membuat api. Upacara yang mereka lakukan setiap harinya adalah mengosokan kayu dan memperoleh api. Di setiap rumah harus menyalahkan api dan mereka harus memuja setiap hari. Mereka mencoba meminta bantuan kepada pandava. Setelah itu pandava langsung mengejar rusa itu ia mengejarnya hingga jauh rusa itu menghilang tanpa kasat mata. Yudhisthira bingung mereka duduk di bawah pohon yang rimbun sampil memikirkan kenapa mala petaka itu supaya tidak terjadi karena Pandava tidak bisa memenuhi keinginan Brahmana itu.
Setelah itu mereka melanjutkan perjalanan. Ia sampai di danau dengan rasa haus dan lapar Yudisthira mengutus adiknya Nakula untuk mengambil air untuk mereka. Nakula dengan cepat berangkat ke danau itu. Sesampai ia di danau terlihat air yang begitu sejuk. Tiba-tiba ia mendengar suara yang entah dari mana asalnya. Suara itu berkata:”Engkau tidak boleh meminum air itu sebelum engkau dapat menjawab pertanyaanku. Engkau boleh meminum atau membawa air itu jika engkau dapat menjawab pertanyanku”. Nakula sangat haus ia tidak menghiraukan suara itu ia langsung meminum air itu. Tiba-tiba Nakula jatuh mati. Kaka-kakanya menunggu lama, setelah itu Yudhisthira mengutus Sadewa untuk menjemput adiknya, ia dengan segera berangkat. Sesampai ia di danau ia mendengar suara yang sama yang entah dari mana asalnya. Ia juga tidak menghiraukan suara itu ia langsung meminum air itu ia juga mati.
Setelah itu Yudhisthira mengutus Arjuna dan kemudian Bhima mereka juga mengalami nasib yang sama seperti adik-adiknya. Yudhistira menunggu lama sekali dan mereka belum kembali juga. Ia ingin mencari tahu tentang keanehan ini, ia menuju danau ia terkejut dengan apa yang ia lihat. Ia melihat semua saudara-saudara yang ia sayangi meninggal. Yudhistira bingung kenapa hal ini bisa terjadi. Sangat tidak mungkin bagi keempat saudaranya ini terbunuh tanpa terjadi pertarungan, karena ia tidak dapat bekas pertarungan diantara mereka. Dengan perasaan yang sedih Yudhisthira melihat mayat adik-adiknya. Tiba-tiba suara yang telah di dengar adiknya itu terdengar kembali. Ia ingin mengetahui dari mana asal suara itu Yudisthira menyuruh suara itu menampakkan diri. Yaksa yang sangat mengerikan menampakkan diri di hadapan Yudhisthira. Yudhisthira member hormat kepada Yaksa tersebut karena kekuatanya. Yaksa itu kembali memberikan pertanyaan kepada Yudhisthira dan ia mencoba menjawab pertanyaanya.
Thursday, 15 January 2015
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment