Di sana mereka beristirahat di sebuah rumah seorang brahmin. Selama di sana, sepanjang hari semua putera Pandava pergi mengemis dan apa pun yang mereka dapatkan pada waktu mereka kembali mereka persembahkan di hadapan ibunda Kunti. Kunti akan membagi apapun itu menjadi dua bagian. Satu bagian untuk Bhima dan satu bagian dibagi rata untuk Kunti dan saudara Pandava lainnya. Setiap hari Bhima merasa sangat kelaparan, karena Bhima biasanya membantu tetangga mereka yang merupakan para pembuat tembikar untuk mengangkut tembikar itu dalam sebuah kereta yang sangat penuh muatannya.
Para pembuat tembikar itu sangat menyukai Bhima, sehingga mereka membuat satu bejana besar bagi Bhima. Bejana besar itu digunakan Bima untuk meminta-minta ke sekeliling. Orang-orang yang tertarik pada Bhima di kota tersebut senantiasa ingin memberikan sesuatu untuk memenuhi bejana yang Bhima bawa. Suatu ketika ketika Kunti dan para Pandawa sedang duduk menyendiri, Bhima dan Kunti mendengar keluh kesah dari dalam rumah Brahmana yang mereka tumpangi itu.
Kunti mendekati Sang Brahmana dan istrinya ingin mengetahui apakah hal yang menjadi keluh kesah dari mereka. Mereka mengatakan bahwa ada raksasa jahat yang hidup di dekat kota di sebuah bukit. Dan telah diIputuskan di antara penduduk kota bahwa setiap minggu sebuah gerobak penuh muatan makanan dan seorang dari satu rumah akan dikirim ke tempat raksasa-raksasa itu berada.
Hal itu dilakukan agar membuat mereka tidak dimakaan oleh raksasa itu. Sekarang adalah saat bagi keluarga Brahmana itu. Hal itulah yang membuat Brahmana dan istrinya sedih. Mereka telah diputuskan untuk pergi ke tempat raksasa-raksasa itu berada. Kunti sangat bersedih mendengar apa yang dikatakan oleh Brahmana miskin yang telah memberi tempat bagi mereka.
Kunti berkata, “Aku punya lima orang putera dan semuanya sangatlah berani. Akan kusuruh seorang dari mereka untuk pergi ke tempat rakshasa itu sebagai bawaanmu dan anakku itu pasti akan membunuh raksasa itu.” Brahmana itu terkaget-kaget, “Bagaimana mungkin aku meminta tamumu untuk pergi ke Baka.” Setelah dibujuk dan diberikan pengertian oleh Kunti bahwa anak-anaknya tidak akan terkena hal yang melukai mereka.
Brahmana itu pada akhirnya setuju. Kunti mengatakan bahwa adalah anugerah dari pada dewata atas anak-anaknya. Mereka adalah orang-orang yang tak akan terkalahkan tetapi hal ini harus menjadi rahasia bagi sang Brahmana sebab jika rahasia ini terkuak maka kekuatan dari anak-anak Kunti akan lenyap.
Pagi harinya, dengan gerobak penuh makanan, Bhima mengarahkannya ke atas bukit di mana raksasa Baka tinggal. Tetapi hal yang pertama dia lakukan adalah menghabiskan semua makanan itu, karena sudah berbulan-bulan Bhima tidak cukup makanan untuk dimakan. Setelah itu, Bhima memanggil-manggil raksasa Baka. Baka yang melihat seorang brahmana dengan gerobak makanan yang telah kosong menjadi sangat marah.
Baka langsung menyerang Bhima. Bhima membalas serangan itu dengan menghajar raksasa Baka berulangkali hingga badannya luka parah. Dia mengoyak tubuh Baka menjadi dua semudah seekor gajah mematahkan batang teratai. hal itulah yang membuat raksasa Baka terbunuh, kemudian dilemparkannya tubuh Baka ke gerbang kota dan diam-diam dia pulang ke penginapannya. Bima pulang setelah mandi kemudian lalu tidur.
Keesokan harinya, penduduk kota menjadi sangat gembira melihat sisa-sisa tubuh Baka. Mereka juga tertarik dengan apa yang sebenarnya terjadi dengan Brahmana yang gilirannya menyerahkan gerobak itu kepada raksasa Baka. Brahmana itu berkata Dewata telah mengambil makanan dari gerobaknya lalu pergi untuk membunuh rakshasa itu.
Dalam Bhagavata Purana Bakasura juga pernah bertarung dengan Krhisna kecil. Di mana Bakasura diutus oleh Kamsa untuk membunuh Krishna setelah Watsasura gagal melakukannya. Bakasura mengambil wujud burung raksasa yang menelan Krishna. Krishna dengan kekuatannya menendang leher Bakasura sehingga Bakasura memuntahkan Krishna. Kemudian Krishna meraih paruh Bakasura dan membuka lebar-lebar kedua paruhnya sehingga mulut Bakasura terbelah dua yang menyebabkan Bakasura tewas.
0 komentar:
Post a Comment