Sri Ramanuja Charya |
BAB I
PENDAHULUAN
Filsafat
merupakan pencarian rasional atas kebenaran atau realitas. Dengan filsafat manusia mencari jawaban yang
jelas atas permasalahan yang ada dalam kehidupan ini. Dalam filsafat agama, umat mencari jawaban
yang rasional atas realitas yang dialami dalam kehidupan ini. Bagaimana umat memperoleh keyakinan akan
kelahiran, kehidupan di dunia ini, hubungannya dengan Tuhan, dan kehidupan
setelah kematian.
Pemahaman
atas filsafat Agama Hindu bagi umat Hindu terutama yang sudah dewasa sangatlah
penting. Pemahaman akan filsafat agama
akan mempertebal kepercayaan atau ‘sradha’ umat. Dengan ‘sradha’ yang kuat maka pelaksanaan
bakti lebih dalam (khusuk), dan tidak mudah dipengaruhi sehingga tahan dari
gempuran konversi agama.
I.1. Latar Belakang
Keyakinan umat akan agama yang
dianutnya merupakan hal yang sangat mendasar.
Ketebalan keyakinan (‘sradha’) umat Hindu akan membuat kokohnya umat Hindu dalam mempertahankan agamanya. Karena ‘yakin’ maka mereka tidak akan mudah
dipengaruhi oleh umat non Hindu untuk mengikuti ajaran non Hindu baik secara
halus maupun kasar/terang-terangan.
Keyakinan yang kuat akan diperoleh
dengan pemahaman yang dalam tentang ajarannya melalui pemahaman akan filsafat
agamanya. Dengan filsafat mereka
mendapatkan penjelasan yang rasional atas permasalahan yang ada. Kenapa mereka dilahirkan? Untuk apa dilahirkan? Bagaimana menjalankan
kehidupan ini? Kemana kehidupan setelah
kematian? Apa itu kebahagian? Dan pertanyaan-pertanyaan lain yang mereka
alami.
Umat Hindu dalam memperdalam imannya
bisa melalui pembelajaran atas Sad Darsana.
Aliran filsafat mana yang akan diperdalam bukanlah hal yang perlu
dipertentangkan, karena yang dibahas adalah masalah keyakinan. Filsafat Agama Hindu (darsana) bukan suatu
rekayasa atau dugaan, tetapi merupakan ajaran yang mempunyai nilai yang sangat
luhur, dan mulia yang didasarkan pada pengalaman spiritual para Rsi. Mereka (para Rsi) adalah orang bijak yang
mengamati tentang spiritualisme.
Pengamatan para Rsi berdasarkan pada Veda, baik langsung maupun tidak
langsung. Keyakinan ini akan menentukan
jalan apa yang akan mereka tempuh untuk mencapai kelepasan (moksa).
I.2. Perumusan Masalah
Vedanta
menguraikan tentang filsafat inti dari kerohanian (spritiualisme) Hindu,
bagaimana mencapai kesempurnaan hidup berupa ketentraman rohani, kestabilan
cita-rasa-karsa, serta kehidupan abadi di moksa. Ada 3 aliran Vedanta yaitu Advaita Vedanta, Dvaita Vedanta dan Visistadvaita Vedanta. Pembahasan akan difokuskan pada Visistadvaita Vedanta.
Pembahasan meliputi pemahaman akan Brahman, atman, maya dan moksa.
Bagaimana ajaran Vissitadvaita Vedanta
akan ke-empat hal tersebut. Untuk
memperdalam pemahaman maka dilakukan perbandingan ajaran Visistadvaita
tersebut dengan Dvaita dan Advaita Vedanta.
Agar lebih kritis dalam pembelajaran
maka pembahasan juga akan dilakukan perbandingan dengan ajaran non Hindu yaitu
Islam dan Kristen. Dari enam agama yang
diakui di Indonesia, hanya diambil Islam dan Kristen yang merupakan mayoritas
pemeluknya.
I.3. Tujuan
Setelah pembahasan tentang Visistadvaita,
dan Sad Darsana pada umumnya,
mahasiswa semakin berpikir kritis dan pada akhirnya dapat memahami dan
menjelaskan:
1) Ajaran
Visistadvaita mengenai Brahman, Atman, Maya dan Moksa
2) Perbedaan
antara ajaran Visistadvaita dengan Dvaita dan Advaita Vedanta
3) Perbedaan
Hindu dengan agama lain.
BAB II
VISISTADVAITA VEDANTA
Filsafat
agama Hindu (darsana) yang terkenal adalah 6 aliran yang disebut dengan Sad Darsana. Ke-enam aliran filsafat Hindu itu adalah Nyaya Darsana, Vaisesika Darsana, Purva
Mimamsa Darsana, Samkhya Darsana, Yoga Darsana dan Uttara Mimamsa atau Vedanta. Setiap ajaran ini memiliki seorang atau
beberapa orang penyusun doktrin atau ajaran dalam ungkapan pendek (‘sutra’);
penyusun tersebut disebut Sutrakara. Dan setiap ajaran dibuat ulasan-ulasan
(‘bhasya’), pengulas ini disebut dengan Bhasyakara.
Keenam darsana tersebut tergolong dalam sistem filsafat ortodox, dan
dikelompokkan secara berpasangan yaitu: 1) Nyaya
dengan Vaisesika, 2) Samkhya dengan Yoga, dan 3) Mimamsa
dengan Vedanta.
II.1 Pengertian Vedanta
Vedanta
berasal dari Bahasa Sansekerta ‘Veda’ dan ‘Anta’. ‘Veda’ adalah ajaran (kitab) suci Umat
Hindu. ‘Anta’ artinya akhir. Jadi Vedanta
adalah bagian akhir dari ajaran kitab suci Veda. Vedanta
ini menguraikan filsafat inti dari kerohanian Hindu untuk mencapai kesempurnaan
hidup dan pencapaian moksa.
Menurut Sivananda dalam Sudiani (2013: 68) mengatakan ada 3 hal penting
dalam pembahasan filsafat Vedanta
yaitu Brahman, maya dan jiwa. Brahman
adalah sat cit ananda, Maha Esa
dan tiada duanya. Brahman (Tuhan) adalah penyebab material dan instrumental dari alam
semesta.
Maya
merupakan sakti (kekuatan) Tuhan dan badan penyebab dari Tuhan. Maya
adalah ilusi kosmik dan ilusi individu. Maya dari akar kata ‘ma’ yang berarti
tidak, dan ‘ya’ artinya itu. Jadi maya merupakan sesuatu yang tidak ada,
akan tetapi seperti ada (fatamorgana).
Jiwa atau roh pribadi adalah atman yang diselubungi oleh 5 lapisan
yang disebut panca maya kosa. Yang dimaksud panca maya kosa adalah 1) anamaya
kosa (lapisan makanan), 2) pranamaya
kosa (lapisan vital), 3) manomaya
kosa (lapisan mental), 4) vijnamaya
kosa (lapisan intelektual), dan 5) anandamaya
kosa (lapisan kebahagiaan). Jiwa
harus mengatasi semua lapisan ini melalui meditasi, dan melampaui ke-5 lapisan
ini untuk bersatu dengan roh tertinggi (paramatman).
II.2 Visistadvaita Vedanta
Visistadvaita
berasal dari kata ‘visista’ dan ‘advaita’.
‘Visista’ berarti yang diterangkan oleh sifat-sifatnya. Ajaran
Visistadvaita ini didirikan oleh Bhodayana dalam Vrtti-nya yang ditulis sekitar 400 tahun SM, yang
uraiannya sama dengan uraian Ramanuja dalam menafsirkan Brahmasutra.
2.1.Brahman
Visistadvaita
mengakui kejamakan, dimana Brahman
atau Narayana hidup dalam kejamakan
bentuk sebagi roh-roh (cit) dan
materi (acit). Brahman
dipandang sebagai realitas tertinggi dan bersifat saguna dan imanen. Semua
apa yang ada di dunia ini berasal dari-Nya. Tanpa
Brahman, jiwa dan alam semesta
tidak akan ada. Brahman
adalah
jiwa
alam semesta sekaligus dalam setiap mahluk hidup, (Sudiani, Ni Nyoman 2013: 86).
Brahman atau Isvara, jiwa dan alam semesta
dapat digambar dengan suatu lingkaran yang memiliki titik yang sama. Dimana
Brahman adalah pusat dari lingkaran. Jiwa
adalah lingkaran yang kecil dan alam semesta sebagai lingkaran yang lebih besar
yang berada di luar. Visistadvaita memandang
Brahman, jiwa dan alam semesta nyata dan kekal
serta tidak bisa dipisahkan, namun tidak berada pada tingkatan yang sama. Kesimpulannya
Brahman, jiwa dan alam semesta memang berbeda. Ramanuja
memandang Tuhan adalah satu-satunya realitas, sehingga roh dan materi
tergantung pada Isvara, (Sudiani, Ni Nyoman 2013: 88).
Dalam
sistem Visistadvaita Brahman
dipandang berhakikat intelegensi, berasal dari semua cacat
dan cela, memiliki sifat yang mulia seperti Maha Tahu, Maha Kuasa, berada
dimana-mana, pemurah dan sebagainya. Ia penyebab adanya alam semesta dan berada
di dalam jiwa dan dunia Brahman dan
Visistadvaita disebut dengan Visnu Narayana, (Sudiani, Ni Nyoman 2013: 94).
2.2.Atman
Walaupun
atman dan Brahman serta alam semesta nyata dan kekal menurut Visistadvaita, namun yang menjadi
perbedaannya yakni ketiganya tidak berada pada tingkatan yang sama. Jiwa setiap manusia adalah jelmaan dari Brahman. Ramanuja memandang jiwatman
adalah bagian dari Brahman, sehingga
mereka mirip, tetapi tidak sama. Jiwa adalah suatu prakara
Tuhan yang lebih tinggi dari pada materi, karena ia merupakan kesatuan yang
sadar, yang merupakan inti dari Tuhan. Jiwa-jiwa itu jumlahnya tak
terhingga ibarat atom yang tak terhitung jumlahnya, dimana jiwa pribadi menurut
Ramanuja benar-benar bersifat pribadi secara multak nyata dan berbeda dengan
Tuhan.
Manusia
atau jiwa
pribadi merupakan partikel dari keseluruhan partikel yaitu Tuhan, yang ibarat
sebuah biji delima yang menyatakan Tuhan atau Tuhan (Narayana) Ramanuja maka, setiap biji disamakan dengan jiwa pribadi.
Sesungguhnya ia muncul
dari Tuhan (Narayana) dan tak pernah
di luar Tuhan (Narayana), tetapi
sekalipun demikian ia tetap menikmati keberadaan pribadi dan akan tetap
merupakan suatu pribadi selamanya (Maswinara, 1999: 189). Sehubungan jiwa berhak ikatkan perasaan, ia
awalnya murni dan bahagia. Namun ketika salah mengidentifikasikan dirinya
sebagai tubuh melalui samsara, ia kadang bisa
menderita atau bahagia,
bergantung pada karma masa lalu.
2.3.Maya
Menurut
Ramanuja walaupun Tuhan adalah satu-satunya realitas dan tidak ada lagi di luar
Tuhan, dan di dalam Tuhan terdapat
banyak realitas-realitas lainya. Penciptaan dunia dan obyek-obyek yang
terciptakan semuanya riil seperti Tuhan. Visistadvaita
mengatakan alam semesta ini sama dengan ungkapan Upanisad yakni diciptakan oleh Tuhan dari Prakerti. Penciptaan alam semesta dalam Visistadvaita sama dengan penciptaan dalam Samkhya yaitu Tuhan muncullah Cit
dan Acit. Pertemuan Cit dengan Acit menimbulkan secara
berturut dari yang harus sampai kepada yang kasar, yaitu Citta dan Bhuddhi, Ahamkara,
Manas, sepuluh indria (Panca
Budhindriya dan Panca Kamendriya),
Panca Tan Mantra, Panca Maha Bhuta
dan yang terakhir alam semesta dengan isinya. Alam
semesta menurut Ramanuja adalah nyata tetapi sementara. Dan akan kembali
kepada Acit yang ada dalam tubuh Tuhan ketika pralaya, (Sudiani, Ni Nyoman 2013:91).
2.4.Moksa
Ramanuja
memandang moksa adalah dimana atman telah memperoleh pembebasan. Roh-roh abadi
tak pernah berada dalam belenggung dan selamanya bebas. Mereka hidup dengan
Tuhan di Vaikuntha. Visistadvaita
mengemukakan bahwa tujuan akhir dari manusia adalah mencapai alam Narayana untuk menikmati kebebasan dan
kebahagiaan yang sempurna, (Sudiani, Ni Nyoman 2013: 95).
Ada
dua jalan untuk mencapai alam Visnu
yang dikemukakan Ramanuja, yaitu jalan Prapatti
dan bhakti. Prapatti adalah
penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan, sebagai satu-satunya tempat untuk
berlindung. Dimana kita harus percaya sepenuhnya kepada Tuhan bahwa Dia akan
melepaskan semua ikatan suka dan duka. Orang yang menjalankan hal tersebut, menurut
Ramanuja, akan mencapai Vaikuntha
yaitu tempat kebahagian yang tak terhingga dan menikmati kehadiran Brahman secara terus menerus. Jalan yang
kedua yakni melalui memuja alam Narayana atau
bhakti (Jnana Yoga, Karma Yoga dan Bhakti Yoga).
Menurut
Ramanuja moksa artinya berlalunya roh
dari kesulihan hidup duniawi menuju semacam surga (Vaikuntha) di mana ia akan tetap selamanya dalam kebahagian pribadi
yang tenang di hadirat Tuhan. Roh-roh yang terbebaskan mencapai hakekat Tuhan
(menjadi serupa dengan Tuhan) dan tak pernah menjadi identik dengan-Nya. Roh
yang bebas bersahabat dengan Tuhan atau melayani-Nya, (Sudiani, Ni Nyoman 2013:
97).
II.3. Perbandingan Visitadvaita dengan Advaita
dan Dvaita
Vedanta disebut juga Uttara Mimamsa, mempunyai hubungan dan
merupakan pengembangan dari Mimamsa.
Vedanta disebut juga tafsiran dari Upanisad, Brahma Sutra dan Bhagavad Gita. Empat pembahasan dalam Upanisad yaitu: 1) Aham
Brahman Asmi (saya adalah Tuhan) ,
2) Aham Atma Brahman (atman adalah
satu dengan Tuhan), 3) Tat Tvam Asi (Itu adalah kamu), dan 4) Sarvam Kalu Idam Brahman, merupakan konsep dari ketiga aliran Vedanta.
Vedanta merupakan konsep monisme, yang
mengakui keesaan Brahman. Tiga aliran Vedanta (Visistadvaita, Dvaita dan Advaita) mengakui Brahman
sebagai realitas tertinggi.
Advaita
|
Visistadvaita
|
Dvaita
|
|
Brahman
|
Brahman
adalah realitas tertinggi. Semua yang ada adalah Tuhan. Tuhan dalam bentuk
nirguna
|
Brahman
yang memberikan hidup semua ada di dunia ini.
|
Brahman
adalah kekuatan hidup (Tuhan adalah
Maha Kuasa).
|
Atman
|
Atman
adalah realisasi dari Brahman.
|
Atman
merupakan bagian dari Brahman
|
Atman
adalah berbeda dari Brahman.
|
Maya
|
Dunia
ini adalah maya. Sarva Kala Idam
Brahman (Semua yang kelihatan adalah Brahman)
|
Semua
yang ada di dunia ini dipengaruhi oleh tri guna.
|
Alam
semesta ini adalah pertemuan prakerti dan purusa.
|
Moksa
|
Sebenarnya
pembebasan adalah hakikat abadi dari inti diri dan mewujud kembali ketika
kebodohan (avidya) dihapuskan
|
Hidup
di Vaikuntha, dengan badan non-fisik menikmati kemahatahuan dan kebahagiaan,
dan tinggal dalam kehadiran Tuhan
|
Tetap
terpisah dengan Tuhan, sekalipun mirip dan tergantung
|
II.4 Perbandingan dengan Agama Islam dan Kristen
Pada
dasarnya agama Islam
dan Kristen/Nasrani
adalah agama samawi yaitu agama yang diturunkan dari langit. Umat Kristen/Nasrani memiliki kitab Injil dan Islam memiliki
AL-Qur’an.
Agama Islam
percaya dengan adanya kitab-kitab suci. Sebelum AL-Qur’an yaitu kitab Injil, Zabur paling mendasar dari kedua agama ini.
Dalam
pandangan Islam
konsep ketuhanan ialah tunggal. Ialah yang berkuasa atas
segalanya yaitu Allah SWT. Sedangkan dalam pandangan umat Kristen
meyakini konsep trinitas yaitu adanya Tuhan
Bapak, roh
kudus, dan Jesus
menjadi
satu kesatuan.
Jesus (Nabi Isa) dalam Islam
diyakini sebagai seorang nabi. Nabi Isa memiliki beberapa
mukjizat yang biasa di berikan oleh Allah SWT terhadap para nabinya. Namun
umat Kristen memiliki persepsi yang berbeda tentang Nabi Isa. Menurutnya
Nabi Isa
bukanlah seorang nabi melainkan penjelmaan Tuhan yang turun ke bumi
sebagai penebus dosa bagi umatnya.
Nabi Isa dianggap Tuhan oleh umat nasrani. Ia
wafat karena disalib, sedangkan
menurut versi Islam
yang disalib itu bukanlah Nabi Isa, yang oleh Allah SWT wajahnya telah diserupakan
seperti Nabi Isa. Nabi Isa sendiri diangkat ke
langit dan akan kembali pada akhir jaman
kelak untuk memberitahu kebenarannya dan melawan dajjal. ”dan karena ucapan
mereka; sesungguhnya kami telah membunuh AL-Masi, Isa putra Maryam,Rasul
Allah,’ padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak pula menyalibnya, tetapi yang mereka bunuh
ialah orang yang serupa dengan Isa bagi mereka.
Sesungguhnya
orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam
keraguan tentang yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka
tidak pula yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa, tetapi yang sebenarnya
Allah telah mengangkat Isa kepadanya.
Pada
waktu jaman
Nabi Isa,
umat nasrani meyakini bahwa Isa adalah seorang nabi
utusan Allah SWT. Nabi Isa
pun tidak pernah mengatakan bahwa dirinya ialah penjelmaan Tuhan. Ia
hanyalah mengatakan bahwa dirinya adalah utusan Allah.
Sebagai pemeluk
Hindu kita haruslah bangga, kita diajarkan untuk mempunyai toleransi yang
tinggi terhadap orang lain, termasuk agama lain. Toleransi terhadap
keyakinan-keyakinan yang lain bisa dilihat dari ajaran Krisna sebagai avatar Dewa Visnu mengatakannya dalam Bhagavad
Gita. Beberapa pandangan melukiskan pandangan toleran ini:
Krisna berkata: "Dewa atau bentuk apapun yang disembah seorang
percaya, aku akan menguatkan imannya. Namun, hanya Akulah yang mengaruniakan
keinginan mereka." (Bhagavad Gita: 7:21-22)
Kutipan lain di dalam Bhagavad Gita:
"O Arjuna, bahkan pemeluk-pemeluk
yang menyembah Tuhan-tuhan lain yang lebih rendah, (misalmya dewa-dewa) dengan
iman, mereka pun menyembah Aku, tetapi dalam cara yang tidak tepat, karena Akulah yang Maha Tinggi. Hanya Akulah yang menikmati semua ibadah kurban (Seva, Yajna) dan Tuhan sarwa
sekalian alam." (Bhagavad Gita: 9:23)
Sebuah sloka Veda melukiskan tema toleransi ini. Kitab-kitab Veda dihormati di dalam
Hinduisme, apapun juga alirannya. Misalnya,
sebuah nyanyian Rg Veda yang terkenal menyatakan bahwa: "Kebenaran hanya Satu, meskipun
para bijak mengenalnya dalam berbagai bentuk." Hal ini berlawanan dengan keyakinan-keyakinan
di dalam tradisi-tradisi agama lain, yang mewajibkan pemeluknya mempercayai
Allah hanya dalam satu aspek dan menolak sama sekali atau meremehkan
keyakinan-keyakinan lainnya.
BAB III
KESIMPULAN
Ketiga
aliran Vedanta (Vistadvaita, Advaita dan Dvaita) mempunyai keyakinan adanya
Brahman yang Maha Esa (monisme). Ajaran
dalam 3 aliran ini mengenai 4 hal, yaitu:
1) Aham Brahman
Asmi (saya adalah Tuhan) , 2) Aham Atma Brahman (atman adalah satu
dengan Tuhan), 3) Tat Tvam Asi (Itu adalah kamu), dan 4) Sarvam Kalu Idam Brahman.
Pandangan
atas Brahman, atman, maya dan moksa dari 3 aliran tersebut dapat
disarikan sebagai berikut: Advaita mengajarkan bahwa Tuhan adalah
realitas tertinggi, dan semua yang ada adalah maya, serta kelepasan dicapai saat tidak terpengaruh oleh
kebodohan. Dvaita mengajarkan tentang dualisme, semua adalah dua: Brahman dan Atman berbeda, maya terbentuk karena unsur prakerti dan
purusa, saat kelepasan pun Brahman dan Atman tetap berbeda.
Sedangkan Visistadvaita
mengajarkan tentang adanya semua yang ada di alam ini dipengaruhi oleh triguna, begitu pun Brahman sebagai pemberi kehidupan atas 2 hal yaitu roh (jiwa) dan
alam semesta.
Jika
dibandingkan dengan agama lain, Islam dan Kristen sebagai agama yang dianut
banyak warga Indonesia, ajaran Vedanta
dapat diidentifikasikan Visitadvaita
dengan 3 unsurnya sama dengan Kristen dengan trinitas, sedangkan Advaita yang Brahman sebagai realitas
tertinggi seperti ajaran Islam.
DAFTAR
PUSTAKA
Sudiani, Ni
Nyoman, SE., S.Pd.H, M.Fil.H, 2013, Materi Ajar: Mata Kuliah Darsana, STAH
Dharma Nusantara, Jakarta.
Putra, Ngakan Putu, 2014, Kamu adalah Tuhan, Media Hindu, Jakarta.
Sumawa, I Wayan, Drs, dan Raka krisnu, Tjokorda, Drs, 1996, Materi Poko
Darsana, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu dan Budha, Jakarta.
0 komentar:
Post a Comment