PEMBELAJARAN
DENGAN PENDEKATAN RESOURCE BASED LEARNING
UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS PESERTA DIDIK
Disusun Oleh:
Wayan Sinte
Wagiman
Keutut
Warcika
Sallepang
Kadek
Suparta
SEKOLAH
TINGGI AGAMA HINDU DHARMA NUSANTARA JAKARTA
JURUSAN
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN AGAMA HINDU
KATA
PENGANTAR
Om swastyastu
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Hyang Widi Wasa atas
berkat dan restu yang diberikannya sehingga makalah mata kuliah Proses Belajar Mengajar
ini bisa terselesaikan dengan tepat pada waktunya.
Tidak lupa saya mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak
yang terkait dalam pembuatan makalah ini, diantaranya: I Made Awanita, S.Ag., M. Pd. sebagai dosen pengampu mata kuliah Proses Belajar Mengajar,
teman-teman dikelas semua yang telah
memberikan kami dukungan, dan semua pihak
Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta yang terkait dalam menyediakan sarana dan prasarana
guna mempermudah pencarian literature.
Makalah yang kami buat ini sangat jauh dari kesempurnaan,
sehingga kritik dan saran bagi pembaca sangat diharapkan guna dijadikan
pembelajaran pada pembuatan makalah yang akan datang. Terima kasih atas
partisipasinya semoga semua isi yang ada dalam makalah bermanfaat bagi bembaca.
Om santi, santi, santi Om
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu kebutuhan
pokok bagi manusia yang berlaku seumur hidup. Adapun definisi dari pendidikan
dalam arti modern adalah pertumbuhan dan perkembangan individu ke arah positif yang
diakibatkan dari interaksi dengan lingkungan yang berarti bahwa pendidikan ini
terjadi karena individu melakukan belajar[1].
Bukti bahwa seseorang telah melakukan belajar ialah terjadinya perubahan
tingkah laku pada orang tersebut dan pastinya perubahan itu bersifat positif.
Tujuan terpenting dari pendidikan adalah membantu
para siswa belajar bagaimana berfikir (learn
how to think) secara produktif. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan
kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran,
anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berfikir. Dalam proses pembelajaran
masih didominasi oleh guru sehingga siswa masih cenderung pasif dan hanya menerima
sajian dari guru. Tantangan besar yang dihadapi guru saat ini yakni bagaimana
membantu anak mengembangkan kemampuan berpikir (thinking skills). Guru hendaknya menciptakan sebuah desain
pembelajaran aktif yang dapat melatih anak mengembangkan kemampuan berfikir (thinking skills).
Pandangan terhadap peserta didik kini telah
mengalami banyak perubahan artinya peserta didik tidak lagi dianggap sosok yang
pasif menerima informasi yang datang dari pendidik. Era global yang salah satu diantaranya
ditandai dengan masuknya arus informasi dan komunikasi memaksa peserta didik
lebih aktif dan kritis dalam menggali sumber belajar. Guru sebagai pendidik
bukan lagi sebagai sumber satu-satunya dalam pelajaran karena masih banyak lagi
sumber-sumber lain yang mungkin lebih efektif daripada guru. Sumber belajar banyak
ragamnya dan terdapat dimana-mana, tergantung kita dalam memanfaatkannya.
Belajar tidak cukup hanya sekedar tahu, menguasai
ilmu dan menghafal semua teori yang dihasilkan orang lain. Belajar tidak hanya berfungsi
untuk memberikan pengetahuan kepada siswa, namun juga dapat memberikan latihan
dan kemampuan kepada setiap individu untuk dapat menyelesaikan masalah yang
dihadapinya, tidak hanya dalam memecahkan masalah pada berbagai mata pelajaran,
namun juga dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah pribadi yang
dihadapi siswa.
Pembelajaran seringkali terlena dalam pencapaian
target hasil belajar, sehingga berdampak pada pengerdilan potensi anak, pada
hal setiap anak lahir dengan membawa potensi yang luar biasa. Tantangan masa
depan menuntut pembelajaran harus lebih mengembangkan berpikir yang disebut dengan
keterampilan berpikir kreatif dan produktif. Untuk dapat membentuk watak kreatif
dan produktif pada diri anak, maka dalam pembelajaran perlu dilatih bagaimana
menemukan masalah. Di dalam proses penemuan masalah anak dapat melakukan
eksplorasi fakta, mengidentifikasi pola-pola atau hubungan antara situasi yang
tidak terkait secara jelas, serta dapat menggunakan pertimbangan yang kreatif,
konseptual atau induktif. Selanjutnya anak hendaknya dilatih mencari solusi
kreatif dan mewujudkannya dalam sebuah karya produktif. Jadi belajar membuat
anak berlatih menjadi produsen tidak hanya menjadi “konsumen” ilmu pengetahuan,
tapi mampu menghasilkan pengetahuan baru, tidak hanya menjadi pencari kerja,
tetapi mampu menciptakan pekerjaan baru.
Berpikir kreatif menuntut kita untuk melepaskan diri
dari pola biasa atau dominan yang telah disimpan otak, untuk dapat membantu
anak melepaskan diri dari pola-pola dominan, diperlukan sikap positif berupa pemikiran
bebas/berfantasi dan pengambilan resiko. Sebenarnya sikap ini telah dimiliki
anak ketika bermain di rumah, tetapi kebebasan ini mengalami penekanan oleh
pembelajaran sekolah yang menekankan pada pemikiran dengan jawaban yang benar.
Oleh karena itu, sangat penting menyediakan lingkungan belajar yang tepat dan
sistem pembelajaran yang memungkinkan anak untuk berpikir kreatif.
Salah satu metode pembelajaran yang dapat
dilaksanakan di dalam kelas untuk mengaktifkan siswa belajar diantaranya
pembelajaran berdasarkan sumber (Resource
Based Learning). Menurut Nasution (2005:18), Resource Based Learning adalah segala bentuk belajar yang langsung
menghadapkan murid dengan suatu atau sejumlah sumber belajar secara individu
atau kelompok dengan segala kegiatan belajar yang bertalian dengan
sumber-sumber belajar. Jadi bukan dengan cara yang konvensional di mana guru
menyampaikan bahan pelajaran kepada murid, namun murid yang dituntut aktif
untuk mencari bahan pelajaran sendiri.
Dalam kajian ini Resource Based Learning dimaksudkan
sebagai cara agar murid dapat belajar di kelas, laboratorium, dalam ruang
perpustakaan, dalam “ruang sumber belajar” yang khusus atau bahkan diluar
sekolah, bila ia mempelajari lingkungan berhubungan dengan tugas atau masalah
tertentu, sehingga anak mampu mewujudkan kreatitas mereka, sesuai dengan minat belajar
dan kesempatan yang diberikan dilingkungan sekolah.
Perhatian dan motivasi, sarana serta sumber-sumber
belajar diperlukan untuk membantu pengembangan bakat dan kreatifitas anak didik
di lingkungan sekolah serta Guru sangat berperan penting dalam menciptakan iklim
yang merangsang pemikiran dan ketrampilan kreatif anak dalam memecahkan masalah
dalam pembelajaran sejarah dengan menggunakan berbagai sumber belajar yang ada
dilingkungan sekolah dan pengetahuan yang mereka miliki.
Guru sebagai pengajar tidak mendominasi kegiatan,
tetapi membantu menciptakan suasana yang kondusif serta memberikan motivasi dan
bimbingan agar siswa dapat mengembangkan potensi dan kreativitasnya, melalui
kegiatan belajar. Dengan demikian maka penulis memilih judul “Pembelajaran Dengan Pendekatan Resource
Based Learning Untuk Meningkatkan Kreativitas Peserta Didik”.
1.2
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana konsep pembelajaran Resource Based Learning?
2.
Apakah dampak penerapan pembelajaran Resource Based Learning?
1.3
Tujuan
Penulisan
1. Para
calon guru dapat mengetahui dan memahami konsep pembelajaran Resource Based Learning.
2. Para
calon guru bisa menerapkan pembelajaran Resource
Based Learning di sekolah sesuai dengan Desa Kala Patra.
1.4
Sistematika
Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
1.2
Rumusan Masalah
1.3
Tujuan
1.4
Sistematika Penulisan
BAB
II PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN
RESOURCE BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS PESERTA DIDIK
2.1 Kerangka Teori
2.1.1 Pengertian Pembelajaran Resource Based Learning
2.2 Pembahasan
2.2.1 Ciri-ciri Pendekatan Resource Based Learning
2.2.2 Klasifikasi Sumber Belajar
2.2.3 Pelaksanaan Pendekatan Resource Based Learning
2.2.4 Dampak Pendekatan Resource Based Learning
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan
3.2 Saran
BAB
II
PEMBELAJARAN
DENGAN PENDEKATAN RESOURCE BASED LEARNING
UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS PESERTA DIDIK
2.1
Kerangka
Teori
2.1.1
Pengertian Pembelajaran Resource
Based Learning
Pendekatan
Resource Based Learning adalah pembelajaran dimana siswa dituntut untuk
aktif dalam mencari berbagai macam sumber belajar.[2]
Dan pada pendekatan ini, ditegaskan bahwa sumber belajar siswa tidak hanya pada
satu sumber tetapi terdapat berbagai macam sumber belajar yang dapat mendukung
proses belajar mengajar.
Menurut
Suryasubrata yang dikutip oleh
Suef, mengatakan bahwa “Resource Based learning
adalah suatu pendekatan yang dirancang untuk memudahkan siswa dalam mengatasi
ketrampilan siswa yang luas dan keaneragaman sumber-sumber informasi yang dapat
dimanfaatkan untuk belajar”.[3]
Resource Based learning adalah segala bentuk belajar yang langsung
dihadapkan murid dengan sesuatu atau sejumlah individu atau kelompok dengan
segala kegiatan belajar yang berkaitan dengan itu, bukan dengan cara konvensional
dimana guru menyampaikan beban pelajaran kepada murid.[4]
Menurut
Baswick yang dikutip oleh
Suef, mengatakan “Pembelajaran
berdasarkan sumber (Resource
Based learning)
melibatkan keikutsertaan secara aktif dengan berbagai sumber (orang, buku, jurnal,
surat kabar, multimedia, web, dan masyarakat), dimana siswa akan termotivasi
untuk belajar dengan berisaha meneruskan informasi sebanyak mungkin”.[5]
Resource Based learning guru bukan sumber belajar satu-satunya. Murid
dapat belajar dalam kelas, laboraturiun, ruang perpustakaan, ruang sumber
belajar yang khusus, atau bahkan diluar sekolah.[6]
Beberapa definisi di atas dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1.
Pendekatan Resource
Based Learning adalah suatu proses pembelajaran yang langsung menghadapkan siswa dengan suatu
atau sejumlah sumber belajar secara individu atau kelompok dengan segala
kegiatan yang bertalian dengan sumber belajar.
2.
Sumber belajar dapat berupa orang, buku,
jurnal, surat kabar, multimedia, web, dan masyarakat dan dapat dilaksanakan di
dalam kelas, laboraturiun, ruang perpustakaan, ruang sumber belajar yang
khusus, atau bahkan diluar sekolah.
2.2
Pembahasan
2.2.1
Ciri-ciri Pendekatan Resource Based
Learning
Belajar
berdasarkan sumber atau Resource Based Learning bukan suatu yang berdiri
sendiri melainkan bertalian dengan sejumlah perubahan perubahan yang
mempengaruhi pembinaan kurikulum. Perubahan perubahan itu mengenai:
1.
Perubahan dalam sifat dan pola ilmu
pengetahuan manusia.
2.
Perubahan dalam masyarakat dan taksiran
kita tentang tuntutannya.
3.
Perubahan tentang pengertian kita
tentang anak dan caranya belajar.
4.
Perubahan dalam media komunikasi.
Sumber
yang sejak lama digunakan dalam proses belajar mengajar adalah buku-buku dan
hingga sekarang buku-buku masih memegang peranan penting. Ahli perpustakaan dan
mereka yang memproduksi bahan, media, atau sumber belajar berperan penting
dalam pendekatan Resource Based Learning.[7]
Adapun
ciri-ciri belajar berdasarkan sumber adalah:[8]
a.
Memanfaatkan sepenuhnya segala sumber
informasi sebagai sumber bagi pelajaran termasuk alat-alat audio visual dan
memberi kesempatan
untuk merencanakan kegiatan belajar dengan mempertimbangkan sumber-sumber yang
tersedia.
b. Berusaha memberi pengertian kepada siswa
tentang luas dan aneka ragamnya sumber-sumber informasi yang dapat dimanfaatkan
untuk belajar. Sumber-sumber itu berupa dari masyarakat dan lingkungan manusia,
museum, organisasi, bahan cetakan, perpustakaan, alat audio visual, dan
sebagainya. Siswa harus diajarkan teknik melakukan kerja lapangan, menggunakan
perpustakaan, buku referensi
sehingga mereka lebih percaya diri.
c.
Berhasrat untuk mengganti pasivitas
siswa dalam belajar tradisional dengan belajar aktif didorong oleh minat dan
keterlibatan diri dalam pendidikannya.
d. Berusaha meningkatkan motivasi belajar
dengan menyajikan berbagai kemungkinan tentang bahan pelajaran, metode kerja,
dan media komunikasi.
e. Memberi kesepakatan kepada siswa untuk
bekerja menurut kecepatan dan kesanggupan masing-masing dan tidak dipaksa
bekerja menurut kecepatan yang sama dalam hubungan kelas.
f. Belajar berdasarkan sumber lebih
fleksibel dalam penggunaan waktu dan ruang belajar.
g. Berusaha mengembangkan kepercayaan akan
diri siswa dalam hal belajar yang memungkinkannya untuk melanjutkan belajar
sepanjang hidupnya.
2.2.2
Klasifikasi Sumber Belajar
Sumber
belajar pada hakikatnya merupakan komponen sistem instruksional yang meliputi
pesan, orang, bahan, alat, teknik dan lingkungan.[9]
Sumber belajar adalah segala macam sumber
yang ada di luar diri seseorang dan yang memungkinkan memudahkan terjadinya
proses belajar.[10]
Menurut
Udin Sarupuddin dan Winatraputra yang
dikutip oleh Djamarah,
mengelompokkan sumber belajar menjadi lima kategori, yaitu “manusia, buku atau perpustakaan, media massa,
alam lingkungan, dan media pendidikan”.
Karena itu sumber belajar adalah segala
sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat bahan untuk belajar.[11]
Sedangkan menurut Anna
Suhaenah yang dikutip oleh
Badruz, mengatakan
“sumber belajar adalah manusia, bahan,
kejadian, perisriwa, setting, teknik yang membangun kondisi yang member
kemudahan bagi anak didik untuk belajar memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan
sikap”.[12]
Sedangkan
Assotiation For Education Comunication
and technology (AECT) atau Asosiasi Komunikasi dan Teknologi Pendidikan
mengklasifikasikan sumber belajar menjadi enam, yaitu:[13]
1.
Pesan yaitu informasi yang
ditransmisikan oleh komponen lain dalam bentuk ide, fakta, arti dan data. Kelompok pesan adalah semua bidang studi
atau mata kuliah yang harus diajarkan pada siswa.
2.
Orang yaitu manusia yang bertindak
sebagai penyimpan, pengolah, pengaji, penyaji pesan. Kelompok ini adalah guru, tutor, dosen, siswa, tokoh masyarakat, atau orang lain yang mungkin berinteraksi dengan
siswa.
3. Bahan yaitu perangkat lunak yang
mengandung pesan untuk disajikan melalui penggunaan alat atau oleh dirinya
sendiri. Berbagai program media termasuk kategori bahan, misalnya slide, film,
audio, video, modul, majalah, dan lain-lain.
4. Alat yaitu perangkat keras yang
digunakan untuk penyampaian pesan yang tersimpan dalam bahan. Misalnya,
proyektor slide, overhead, video tape, radio, televisi, dan lain-lain.
5. Teknik yaitu prosedur atau acuan yang
disiapkan untuk menggunakan, bahan, peralatan, orang dan lingkungan. Misalnya
ceramah, diskusi, demontrasi, belajar tuntas, Tanya jawab, dan lain-lain.
6.
Lingkungan yaitu situasi sekitar dimana
pesan disampaikan. lingkungan bias bersifat fisik (gedung sekolah, kampus,
perpustakaan, laboratorium, studio, auditorium, museum, taman) maupun lingkungan
non-fisik (suasana belajar, suasana sekitar, dan lain-lain).
Sekalipun
telah dipisahkan dalam enam golongan tersebut, dalam penerapannya sumber–sumber
belajar ini saling
berhubungan satu sama lain untuk mempermudah proses pembelajaran.
Ditinjau
dari tipe atau asal-usulnya, AECT membedakan sumber belajar menjadi dua yaitu:[14]
1.
Sumber belajar yang dirancang (learning resources by design) yaitu
sumber belajar yang sengaja dibuat untuk tujuan pembelajaran. Misalnya guru,
pelatih, ruang kelas, laboratorium, perpustakaan, modul.
2.
Sumber belajar yang dimanfaatkan (learning resources by utilization)
sumber belajar yang dimanfaatkan tujuan pembelajaran. Misalnya pejabat, tokoh
masyarakat, pabrik, pasar, rumah sakit, radio, televisi.
Pembagian
lain terhadap sumber belajar sebagai berikut:[15]
1. Sumber belajar cetak: buku, majalah,
ensiklopedi, brosur, Koran, poster, denah, dan lain-lain.
2. Sumber belajar non cetak: film, slide,
video, model, audio, dan lain-lain.
3. Sumber belajar yang berupa fasilitas:
auditorium, perpustakaan, ruang
belajar, meja belajar individual, studio, lapangan olahraga, dan lain-lain.
4. Sumber belajar yang berupa kegiatan:
wawancara, kerja kelompok, observasi, simulasi, permainan, dan lain-lain.
5. Sumber belajar yang berupa lingkungan
dari masyarakat: taman, terminal, stasiun, dan lain-lain.
a.
Ekonomis
Hendaknya dalam memilih
sumber belajar mempertimbangkan segi ekonomis dalam arti realita murah, secara
nominal biaya yang dikeliarkan hanya sedikit.
b.
Praktis dan sederhana
Praktis artinya tidak
memerlukan pelayanan dan pengadaan sampingan yang sulit dan langka. Sederhana
artinya tidak memerlukan pelayanan khusus yang mensyaratkan ketrampilan yang
rumit dan kompleks.
c.
Mudah diperoleh
d.
Bersifat fleksibel
Fleksibel artinya bahwa
sumber belajar ini dapat dimamfaatkan untuk berbagai tujuan instruksional dan
dapat dipertahankan dalam berbagai situasi dan pengaruh.
e.
Komponen-komponen sesuai dengan tujuan
pembelajaran
Kegiatan belajar mengajar akan lebih
efektif dalam usaha pencapaian tujuan intruksional, jika melibatkan komponen
sumber belajar secara terencana. Sebab, sumber belajar sebagai komponen penting
dan sangan besar mamfaatnya. Manfaat sumber belajar, antara lain:[17]
1. Memberi pengalaman belajar secara
langsung dan konkret kepada siswa.
2. Dapat menyajikan sesuatu yang tidak
mungkin diadakan, dikunjungi, atau dilihat secara langsung dan konkret.
3. Dapat menambah dan memperluas cakrawala
sajian yang ada di dalam kelas.
4. Dapat memberi informasi yang akurat dan terbaru.
5. Dapat memberi motivasi yang positif,
apabila diatur dan direncanakan pemanfaatanya secara tepat.
6. Dapat merangsang untuk berfikir,
bersikap, dan berkembang lebih lanjut.
2.2.3
Pelaksanaan Pendekatan Resource Based
Learning
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan
pendekatan Resource Based Learning adalah sebagai berikut:[18]
a.
Guru perlu mengetahui tentang latar belakang siswa dan pengetahuan
siswa mengenai materi yang akan disampaikan.
b.
Tujuan
pembelajaran
Mengenai bahan yang harus dikuasai, keterampilan, tujuan emosional, dan
sosial.
c.
Memilih
metodologi
Unsur-unsur yang terkandung:
1) Uraian tentang apa yang dipelajari.
2) Diskusi dan bertukar pikiran.
3) Kegiatan menggunakan berbagai sumber belajar.
4) Kegiatan kreatif.
5) Koleksi, penyediaan bahan, alat, dan tempat.
Menurut Suryosubroto yang dikutip oleh Suef, mengemukan cara belajar Resource Based
Learning, yaitu:[19]
a.
Menjelaskan alasan yang kuat kepada
siswa tentang tujuan mengumpulkan suatu informasi.
b.
Merumuskan tujuan pembelajarannya (SK,
KD, dan Indikator).
c.
Mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
oleh siswa.
d.
Menyiapkan sumber-sumber belajar yang
kemungkinan telah tersedia dan kemudian dipersiapkan dengan baik.
e.
Menentukan cara siswa dalam mendemonstrasikan
hasil belajarnya yang berasal dari berbagai sumber tersebut.
f.
Menentukan bagaimana pengumpulan
informasi yang telah diperoleh siswa.
g.
Menentukan alat evaluasi untuk mengukur
keberhasilan proses dan
h.
penyajian hasil belajar mereka.
Guru
berperan sebagai motivator dan fasilitator serta memberikan dorongan pada siswa
agar dapat menyelesaikan masalah matematika.Guru menciptakan suasana proses
pembelajaran matematika yang kondusif agar belajar siswa lebih terarah. Siswa dituntut untuk mencari sumber
belajar sendiri. Selain itu siswa diberi kesempatan untuk belajar matematika
sesuai dengan kesanggupan dan kecepatan masing–masing tanpa paksaan. Pengajaran
matematika yang akan diterapkan di dalam kelas adalah pengajaran dimana siswa
dituntut untuk aktif dalam mencari sumber belajar dan dalam memecahkan masalah.[20]
1. Membantu guru memberi informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa.
2. Guru dapat mengetahui perbedaan individu baik dalam
hal gaya belajar, kemampuan, kebutuhan, minat, dan pengetahuan siswa.
3. Memdorong kemampuan memecahkan masalah, mengambil
keputusan, dan keterampilan mengevaluasi.
4. Mendorong
siswa untuk bertanggung jawab terhadap belajarnya sendiri, dapat melatih siswa mandiri dalam belajar sehingga
pembelajarannya dapat lebih bermakna.
5. Menyediakan peluang kepada siswa menjadi pengguna
teknologi informasi dan komunikasi yang efektif. Dengan demikian membangun
masyarakat berbasis pengetahuan.
6. Siswa akan belajar bagaimana belajar. Sekali ia
melihat informasi, ia akan mengembangkan sikap positif dan keterampilan yang
sangat berguna bagi dirinya dalam era informasi yang akan dihadapi nantinya.
2.2.4
Dampak Pendekatan Resource Based Learning
Dampak dari pendekatan Resource Based Learning, antara
lain:[22]
1. Dampak Instruksional
Siswa menjadi aktif dan terampil dalam berfikir kreatif serta siswa
dapat menyelesaikan masalah.
2. Dampak pengiring
Siswa mampu mengaplikasikan materi pelajaran dengan kehidupan yang
nyata. Kelebihan dari pembelajaran Resource Based Learning antara lain:
a. Siswa
akan lebih aktif untuk belajar matematika dengan cara mencari sumber belajar
yang dibutuhkan
b. Siswa
akan lebih terampil berfikir
kreatif untuk memecahkan masalah matematika.
c. Dapat
melatih siswa untuk kompak dalam bekerja sama dengan siswa lain dalam satu
kelompok.
d. Metode
ini dapat meningkatkan motivasi belajar matematika siswa untuk menyajikan
berbagai macam sumber bahan pelajaran.
e. Memberikan
kesempatan kepada siswa untuk belajar sesuai dengan kecepatan dan kesanggupan masing–masing.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Pendekatan Resource Based Learning adalah
pembelajaran dimana siswa dituntut untuk aktif dalam mencari berbagai macam
sumber belajar. Ciri-ciri pembelajaran Resource Based Learning yaitu:
a. Memanfaatkan
sepenuhnya segala sumber informasi sebagai sumber belajar
b. Berusaha
memberi pengertian kepada siswa tentang luas dan aneka ragamnya sumber-sumber
informasi yang dapat dimanfaatkan untuk belajar.
c. Berhasrat
untuk mengganti pasivitas siswa dalam belajar tradisional dengan belajar aktif
didorong oleh minat dan keterlibatan diri dalam pendidikannya.
d. Berusaha
meningkatkan motivasi belajar dengan menyajikan berbagai kemungkinan tentang
bahan pelajaran, metode kerja, dan media komunikasi.
e. Memberi
kesepakatan kepada siswa untuk bekerja menurut kecepatan dan kesanggupan
masing-masing dan tidak dipaksa bekerja menurut kecepatan yang sama dalam
hubungan kelas.
f. Belajar
berdasarkan sumber lebih fleksibel dalam penggunaan waktu dan ruang belajar.
g. Berusaha
mengembangkan kepercayaan akan diri siswa dalam hal belajar yang
memungkinkannya untuk melanjutkan belajar sepanjang hidupnya.
Klasifikasi Resource
Based Learning ditinjau dari tipe atau asal-usulnya, AECT membedakan sumber
belajar menjadi dua yaitu:
1. Sumber
belajar yang dirancang (learning resources by design) yaitu sumber belajar yang
sengaja dibuat untuk tujuan pembelajaran. Misalnya guru, pelatih, ruang kelas,
laboratorium, perpustakaan, modul.
3. Sumber
belajar yang dimanfaatkan (learning resources by utilization) sumber belajar
yang dimanfaatkan tujuan pembelajaran. Misalnya pejabat, tokoh masyarakat,
pabrik, pasar, rumah sakit, radio, televisi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan
pendekatan Resource Based Learning
yaitu:
a. Guru
perlu mengetahui tentang latar belakang siswa dan pengetahuan siswa mengenai
materi yang akan disampaikan.
b. Tujuan
pembelajaran
c. Memilih
metodologi
Dampak dari pendekatan Resource Based Learning, antara lain:
1. Dampak
Instruksional: siswa menjadi aktif dan terampil dalam berfikir kreatif serta
siswa dapat menyelesaikan masalah.
2. Dampak
pengiring: siswa mampu mengaplikasikan materi pelajaran dengan kehidupan yang
nyata. Kelebihan dari pembelajaran Resource
Based Learning antara lain:
a. Siswa
akan lebih aktif untuk belajar matematika dengan cara mencari sumber belajar
yang dibutuhkan
b. Siswa
akan lebih terampil berfikir kreatif untuk memecahkan masalah matematika.
c. Dapat
melatih siswa untuk kompak dalam bekerja sama dengan siswa lain dalam satu
kelompok.
d. Metode
ini dapat meningkatkan motivasi belajar matematika siswa untuk menyajikan
berbagai macam sumber bahan pelajaran.
e. Memberikan
kesempatan kepada siswa untuk belajar sesuai dengan kecepatan dan kesanggupan
masing–masing.
3.2
Saran
Sebaiknya pembelajaran dengan pendekatan Resource Based Learning diterapkan pada
sekolah sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada di sekolah tersebut.
REFERENSI
[1]
Sugandi, Achmad. 2005. Teori Pembelajaran.
Semarang : UPT UNNES Press. Hal: 19
[2] Suef, “Strategi Pembelajaran”dalam yu3f.blogspot.com/2010/06/strategi-pembelajaran
resource-based-learning.html diakses tanggal 17 Maret 2012.
[3] Ibid.
[4]
Nasution, Berbagai Pendekatan Dalam Proses
Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi
Aksara, 1982), hal. 18
[5] Suef, “Strategi Pembelajaran”dalam
yu3f.blogspot.com/2010/06/strategi-pembelajaran resource -based-learning.html
diakses tanggal 17 Maret 2012.
[6]
Syaiful Sagala, Konsep
dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2005), hal. 65
[11]
Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya:
Usaha Nasional, 1994), hal. 139
[13] Rohani, Media
Instruktional..., hal. 108
[14] Ibid., hal. 109
[15] Sutrisno,”Pembelajaran matematika Menggunakan Model Pembelajaran Resource based
learning”. Dalam e-jurnal.ikippgrismg.ac.id/index.php/aksioma/article/download/
.../69Rbl
diakses
tanggal 14 April 2012.
[16]
Rohani, Media Instruktional..., hal. 112
[18]
Sutrisno,”Pembelajaran matematika Menggunakan Model
Pembelajaran Resource based learning”. Dalam e-jurnal.ikippgrismg.ac.id/index.php/aksioma/article/download/.../69Rbl diakses tanggal 14 April 2012.
[19]
Suef, “Strategi
Pembelajaran..., diakses tanggal
17 Maret 2012.
[20]
Sutrisno, Pembelajaran matematika..., diakses
tanggal 14 April 2012.
[21]
Suef, Strategi
Pembelajaran…, diakses tanggal 17
Maret 2012.
[22]
Sutrisno, Pembelajaran matematika..., diakses
tanggal 14 April 2012.
0 komentar:
Post a Comment