Kisah Lubdaka merupakan sebuah cerminan bagi umat Hindu bahwa harus bersungguh-sungguh menjalankan malam Sivaratri. jika pelaksanaannya secara benar sudah pasti hasilnyapun akan sama seperti yang dialami oleh lubdaka. berikut ini makna filosofi dibalik kisah Lubdaka. Baca Juga : 5 Kebohongan Diperbolehkan dalam Hindu
- Ketika seseorang merenungi masa lalunya "sifat-sifat jahat dalam dirinya" maka ia akan menyesal atas perbuatannya dan tidak ingin mengulangi hal yang sama untuk kedua kalinya sehingga masa depannya berubah menjadi lebih baik.
- Ketakutan terhadap mahluk ciptaan Tuhan (binatang buas) bisa menuntun seseorang agar berhati-hati dan berusaha melindungi diri dengan mengucapkan doa-doa.
- Seorang yang sangat berdosa sekalipun hanya dengan satu malam memuja Dewa Siwa (malam Sivaratri), orang tersebut telah bisa mendapatkan pengampunan atas segala dosa-dosanya.
Kisah
Lubdaka Malam Siwaratri
Siapa yang
tidak mengenal Lubdaka, ia adalah seorang pemburu binatang yang memakan dan
menjual daging hasil buruannya untuk menafkahi keluarganya. Suatu hari ketia
sedang beruru ia tidak memperoleh seekor pun binatang untuk dimakan atau
dijual. Tanpa pantang menyerah ia terus berburu hingga ke tengah hutan, karena
sampai larut malam, ahirnya ia bermalam dihutan.
Ketakutan Lubdaka
terhadap binatang buas membuatnya memanjat pohon bilwa untuk tempat tidurnya.
Dibawah pohon bilwa terdapat air telaga yang jernih, dengan sebuah pelinggih
dan Lingga. Perlahan Lubdaka memanjat pohon itu kemudian bersandar diatasnya
dan berusaha untuk tidur. Meskipun ia sangat mengantuk ia tidak berani tidur
karena kan terjatuh dan dimakan binatang buas, untuk menghilangkan rasa
mengantuknya ia memetik daun-daun pohon bilwa dan menjatuhkannya ke bawah,
sehingga mengenai Lingga yang ada di bawahnya. Lubdaka
sendiri tidak menyadari bahwa malam itu adalah malam Siwalatri, di mana Dewa
Siwa tengah melakukan yoga. Ketika ia sedang memetik daun bilwa, ia teringat
dengan masa lalunya yang selalu memburu binatang.
Lubdaka mulai menyesali segala perbuatan jahat yang pernah dilakukannya sepanjang hidup, baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Di atas pohon Bila itu, hatinya bertekad untuk berhenti bekerja sebagai pemburu. Waktu terasa sangat cepat, ia terus membayangkan masa lalunya hingga matahari terbit, itu menggambarkan bahwa dosa-dosa yang pernah dilakukannya sudah terlalu banyak dan tidak bisa diingatnya satu per satu lagi dalam waktu satu malam. Karena sudah pagi, ia berkemas-kemas pulang ke rumahnya.
Sejak hari
itu, Lubdaka beralih pekerjaan sebagai petani. Tapi, petani tidak memberinya
banyak kegesitan gerak, sehingga tubuhnya mulai kaku dan sakit, yang bertambah
parah dari hari ke hari. Hingga, akhirnya hal ini membuat Lubdaka meninggal
dunia. Roh Lubdaka, setelah lepas dari jasadnya, melayang-layang di angkasa.
Roh Lubdaka bingung tidak tahu jalan harus ke mana.
Pasukan
Cikrabala kemudian datang hendak membawanya ke kawah Candragomuka yang berada
di Neraka. Di saat itulah, Dewa Siwa datang mencegah pasukan Cikrabala membawa
roh Lubdaka ke kawah Candragomuka. Menurut pasukan Cikrabala, roh Lubdaka harus
dibawa ke neraka.
Ini
disebabkan, semasa ia hidup, ia kerap membunuh binatang. Namun Dewa Siwa
berkata lain, Beliau mengatakan bahwa, walaupun Lubdaka kerap membunuh
binatang, tapi pada suatu malam di malam Sivalatri, Lubdaka begadang semalam
suntuk dan menyesali dosa-dosanya di masa lalu. Sehingga, roh Lubdaka berhak
mendapatkan pengampunan. Ahirnya, roh Lubdaka dibawa ke Siwa Loka. Dikutip dalam Wasiwa.com
0 komentar:
Post a Comment